Thursday, August 9, 2007

Saya dan keluarga memilih untuk membeli produk berlabel MADE IN INDONESIA atau yang diproduksi di pabrik Indonesia, karena di balik label itu ada ribuan buruh yang menggantungkan hidup dan nasib anak istrinya.

- Osa Kurniawan Ilham, 33 tahun, Balikpapan
Saya sedang membiayai warung makanan ringan untuk teman teman saya yang belum mendapat pekerjaan tetap. Hanya dengan modal 5 juta rupiah, 3 orang teman saya dapat penghasilan tambahan untuk keluarganya.

- Yahmin Gunanta Tarigan, 33 tahun, Rantau Prapat
Aku lebih memilih masuk ke rumah makan Padang atau restoran soto Betawi daripada makan di restoran fast food Amerika.

- Woro Liana, 19 tahun, Jakarta
Ketika semua teman seangkatanku pakai gaun mewah dan tuxedo ke acara prom night sewaktu SMA, aku bangga datang dengan mengenakan kebaya mamaku.

- Dyah Ayu, 21 tahun, Jakarta

Mendarat di Heathrow, London dan sebelum petugas imigrasi di sana memeriksa paspor, saya langsung menyebut "Indonesia", sambil tersenyum ramah.

- Ahmad Zaini, 29 tahun, Jakarta
Gue mikir, sekarang upacara cuman sebulan sekali, sedangkan ngobrol dan cekikian bisa setiap hari. Gue memilih jadi salah satu orang yang hormat ke bendera di antara obrolan dan cekikikan di sekeliling gue.

- Chintya Bamby, 15 tahun, Bekasi
Tak perlu menjadi orang Belanda, orang New York, atau band U2.
Cukup menjadi diri sendiri.

- Diki Satya, 32 tahun, Jakarta.
Dua anakku kuberi nama dengan karakter indonesia yang kental. Jadi meski orang belum pernah bertemu dengannya secara langsung, orang pasti akan tahu, anak saya memang anak Indonesia.


- Amir PR, 35 tahun, Makassar
Meski saya termasuk orang yang 'dijuluki' keturunan, sejak SMP saya tidak lagi merayakan Tahun Baru Imlek, karena saya tidak ingin membedakan diri dan memilih merayakan tahun baru bersama rakyat Indonesia pada umumnya.

- Renny Turangga, 25 tahun, Jakarta