Enggak ada kata telat buat nasionalisme!
Meski sudah dimuat di Kompas, aku tetap kirim komentar ini.
Merdeka!!!
- Dedy Maryadi, 39 tahun, Jakarta Timur
Thursday, August 16, 2007
Setiap hari, aku berangkat ke sekolah dengan mengenakan jaket jeans hitam dengan bordiran bergambar Soe Hok Gie di belakangnya dan tas hitam bertuliskan "Indonesia " beserta bordiran bendera Merah Putih di bagian depan. Bagiku, aku lebih bangga mengenakan semua itu daripada mengenakan pakaian berstyle mewah. Karena itu merupakan salah satu bentuk dari Nasionalismeku.
- Raphael Wregas Bhanuteja, 14 tahun, Yogyakarta
- Raphael Wregas Bhanuteja, 14 tahun, Yogyakarta
Nasionalisme berarti setia menanggung capek, lelah dan kadang-kadang ngantuk saat menunggui anak semata wayangku berlatih tari Jawa kreasi baru. Semua itu nggak ada artinya dibanding melihat kaki mungilnya menari-nari lincah. Apalagi, saat melihat binar matanya ketika
pentas. Saat itulah aku tahu bibit nasionalisme mulai tertanam dalam hatinya yang masih sepolos kertas putih.
- Mariani Sutanto, 35 tahun, Yogyakarta
pentas. Saat itulah aku tahu bibit nasionalisme mulai tertanam dalam hatinya yang masih sepolos kertas putih.
- Mariani Sutanto, 35 tahun, Yogyakarta
Saya akan berhenti mengeluh karena pemerintah belum juga merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Saya coba menggugah hati setiap orang agar menyumbang walau hanya Rp100 untuk membangun pendidikan. Saya pikir, menyumbang walau hanya Rp100 lebih berarti daripada mengeluh berkepanjangan.
- Waitlem, 39 tahun, Solok
- Waitlem, 39 tahun, Solok
Subscribe to:
Posts (Atom)